Kafe yang telah marak di pinggiran jalan dari kota pontianak sampai Sintang,Entikong di sepanjang jalan yang kosong tidak ada penghuninya banyak berdiri pondok kecil yang beratapkan daun rumbia berdiding papan kayu,yang di hias lampu berwarna warni dengan pelayan yang sexsi mereka berkerja di waktu malam hari dengan wajah yang cukup cantik,dengan penuh rajuan mereka mengoda siapa saja yang mampir.di siang hari pelayan kafe kampung beristirahat tidur mungkin ngantuk karena di malam hari mereka harus melayani tamu-tamu yang datang untuk menghilangkan rasa cape dan setres.di kafe banyak terdapat minuman yang mengandung alkohol seperti Arak,Tuak,Bir,stela dan berbagai macam merk minuman,di malam hari sekitar pukul 9 malam banyak sekali mobil truk,sepeda motor yang mampir di sepanjang jalan yang ada kafenya.di kafe pinggiran jalan ini pengunjungnya dari kalangan bawah sampai kepejabat baik tua maupun muda. mereka asik meneguk minuman di aluni musik Disco sambil bergoyang-goyang sampai pagi.
Dampak dari berdirinya kafe-kafe di pinggir jalan ini sangat meresahkan masyarakat karena terusik oleh suara musik,sering terjadi perkelahian karena sudah mabuk,suami istri berantakan dan bermacam-macam tingkah laku manusia di kafe. yang dulunya kal-bar ditepi jalan penuh dengan rumput sekarang berubah Kafe tumbuh di pinggiran jalan bagaikan kota kafe,mungkin saja ini merupakan dampak dari kurangnya lapangan kerja,pendidikan dan kemiskinan.demi mencukupi kebutuhan diri sendiri keluarga. maka si anak cewe (tidak sekolah)harus berkerja sebagai penjaga kafe,karena tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan malas berkerja karena tidak memiliki pergaulan dan ijasah untuk mencari perkerjaan yang layak.menjadi penjaga kafe tanpa lamaran dan ijasah yang penting paras cantik,seksi pasti di terima.yang penting berkerja dari pada diam di rumah.
saya juga pernah singah di sebuah kafe tepat di desa kerajimancal,di situ saya sempat berkenalan dengan seorang cewe dari tayan,saya bertanya mengapa kamu mau berkerja di tempat seperti ini!kamu cantik.lalu apa jawabnya saya malas di kampung nganggur,mau kerja keperusahaan ngank ada ijasah,ya kerjaan begini enak bisa eenjoi walau pun gajinya hanya di banyar dengan hasil Bir yang terjual.lalu saya kembali bertanya balik,di kampungkan bisa noreh,keladang rasanya itu lebih baik,jawabnya ogah takut kuku dan kulit hitam.mungkin rasa minder atau gengsi yang membuat mereka kerja sepert ini.
1 komentar:
Saja' mantap!!!
Kafe Malam, memang suatu fenomena baru bagi masyarakat kal-bar. Apakah itu untuk membuka lapangan kerja atau memang masyarakat kita butuh tempat hiburan seperti di negara-negara lain ada lokalisasi, namun ditempat kita tidak diorganisir secara baik jadilah dia Kafe-kafe yang meresahkan masyarakat.
Keadaan seperti ini sebenarnya menjadi 'PR' pemerintah yang katanya mengayomi masyarakat, agar tidak terulang kembali dampak hiburan malam yang menciptakan konflik sosial antar etnis di Kalimantan Barat.
Kemudian kata 'kerja' dan malu juga yang menjadi persoalan, karena kerja sepertinya mencari nafkah di tempat lain dan kata malu sepertinya karena kotor atau tidak keluar dari kampung di bandingkan dengan orang lain.
Posting Komentar