Kamis, 03 April 2008

Sejarah dan budaya

kampung tamang,kampung keraban,kampung tumabang merupakan kampung yang kurang mendapatkan perhatian pemerintah dilihat dari pembangunan sumber daya manusia mau pun sumber daya alam yang begitu kaya.Jarak lokasi tersebut dapat di tempuh melalui darat dari ibu kota propinsi kurang lebih 153km ditempuh memakai kendaraan umum roda empat dan roda dua memerlukan waktu 3,5jam perjalanan menuju kampung sidas perjalan dapat di teruskan dengan jalan kaki atau pakai kendaraan roda dua apabila musim kering tiba dengan jarak kurang lebih 14,3km.kondisi infrastruktur inilah yang menjadi hambatan masyarakat dipedalaman untuk menjual hasil buminya ke pusat pasar terdekat.kondisi sosial ekonomi masyarakatketiga kampung tersebut masih jauh ketinggalan dibandingkan dengan kampung-kampung lainnya di Kalimantan Barat sehari-hari penduduk setempat mayoritas petani tradisional dan penyadap karet.kegiatan pertanian masih kental dengan budaya yang mereka miliki sejak zaman nenek moyang.kehidupan nenek moyang tersebut dapat kita perhatikan didalam proses pengelolaan lahan.Topografi disemua kampung adalah bukit-bukit dan ada pula persawahan baik tadah hujan maupun sistem irigasi tradisional yang mereka miliki (indigenous knowledge).sistem pertanian tradisional tersebut mengunakan pengetahuan yang diperoleh dari nenek moyang dan pengalaman.
kampung keraban memiliki 70 kepala keluarga dan jiwa 390jiwa,kampung temabang 40 kepala keluarga (267jiwa),kampung tamang 40 kepala keluarga (358jiwa).adapun tingkat pendidikan mereka hampir rata-rata hanya tidak tamat dan tamat sekolah dasar.penduduk asli daerah tersebut adalah suku DAYAK KANAYATN dan mayoritas menganut agama kristen protestan/katolik.peran budaya sangat mempengaruhi sistem pertanian mereka misalnya dalam perencanaan buka ladang(bahuma=bahasa dayak)harus dimulai dengan acara ritual untuk menggunakan benih padi lokal yang mereka gunakan sejak turun temurun.

Tidak ada komentar:

JAM DIRI